Minggu, 26 November 2017

PERKEMBANGAN BATIK DI INDONESIA



Pengertian Batik

Batik pada hakekatnya merupakan karya seni yang banyak memanfaatkan unsur menggambar ornamen pada kain dengan proses tutup celup. Seni lukis batik atau menyungging pada kain dengan melampaui proses tutup celup menggunakan malam sebagai penutup dan celup menggunakan pewarna cair.Batik dalam konsep Kejawen lebih banyak berisikan konsepsi-konsepsi spiritual yang terwujud dalam bentuk makna-makna simbolik. Seperti bentuk motif Gurdha pada batik klasik, pada awalnya adalah bentuk burung Garuda ( yang menjadi lambang negara Indonesia ), merupakan lambang kendaraan menuju Nirwana, dan menjadi kendaraan para Dewa. Sehingga pada jaman dahulu, batik motif Garuda ini hanya boleh digunakan oleh para priyagung keraton atau kerajaan, Seni lukis batik adalah seni lukis yang menggunakan media batik untuk mengungkapkan ekspresi penciptanya.


Dari segi teknik, batik di Indonesia mengalami pasang surut cara, metode serta bahannya. Sebagai contoh, batik klasik menggunakan teknik isen yang sangat rumit, sedangkan batik tradisional lebih banyak menggunakan motif-motif serta warna yang khas untuk setiap daerah. Pada masa penjajahan atau awal Kemerdekaan muncul batik becak yang teknik dan pembuatannya sangat sederhana.

Konsepsi dan ide penciptaan juga mengalami aneka perkembangan. Bermula dari konsepsi ritual magis, misalnya parang rusak, parang barong, parang kusuma yang hanya digunakan kalangan ningrat priyagung menurun sampai batik kawung dan sebagainya yang dipergunakan oleh para abdi dalem keraton atau untuk upacara perkawinan. Dilihat dari segi konsepsi dan ide, batik klasik lebih terkonsep daripada batik-batik modern. Karena batik modern lebih menampilkan konsepsi ekspresi, utilitas dan kekalayakan dalam produksi.

Asal mula Batik

Banyak sekali kesimpang-siuran dalam menentukan  asal mula batik di Jawa. Sebagian pendapat ada yang mengatakan batik berasal dari daratan India, tetapi kenyataannya teknik batik tutup celup di Jawa sangat berbeda dengan di India. Walaupun sama-sama memakai kuas atau jegul, namun dari segi penutupan berbeda sekali. Di Jawa menggunakan bahan lilin atau wax untuk menutup dan ramuan dedaunan seperti nila, soga untuk pewarnaannya. Dan pewarnaannya menggunakan teknik celupan atau rendaman. Sedangkan di India  menggunakan teknik tutup dengan jenangan kanji atau beras ketan, dan bahan kanji akan luntur bila direndam berhari-hari atau berjam-jam,teknik ini sangat berbeda dengan yang di Jawa.

Sebagian ahli banyak yang berpendapat bahwa batik berasal dari daratan Cina. Karena teknik tutup celup juga digunakan di Cina. Di Cina hanya menggunakan warana biru dan putih saja. Namun alat dan teknik yang digunakan di Cina sama dengan yang digunakan di India, menggunakan jenangan ketan dan coletan pewarnaan tidak sama dengan yang di Jawa.

Namun demikian pada kenyataannya perkembangan Batik di Indonesia banyak dipengaruhi dari daratan India dan Cina.

Pengaruh Agama Hindu Pada Batik

Pengaruh Hindu tampak pada motif kawung yang digunakan patung-patung Hindu, walaupun bila diterawang motif kawung lebih dahulu dipergunakan pada sinjangan sebelum dipahatkan pada patung-patung tersebut. Jika dilihat dari pewarnaan, warna batik klasik yang terdiri dari tiga warna ( coklat identik dengan merah, biru identik dengan warna hitam, dan kuning atau coklat muda identik dengan warna putih ) ketiga warna ini mempunyai alegori sesuai dengan konsepsi dewa Hindu, yaitu Trimurti. Coklat atau merah lambang Dewa Brahmana, atau lambang keberanian, Biru atau hitam lambang Dewa Wisnu atau lambang ketenangan, Kuning atau Putih lambang Dewa Syiwa. Kaum Brahmana menggunakan sandang berwarna putih, sedangkan kaum Ksatria dan Bangsawan menggunakan sinjangan yang bermotif dan rakyat jelata atau kaum Sudra hanya diperkenankan menggunakan warna hitam. Warna hitam menggambarkan kehidupan yang polos dan memberikan kesaksian hidup yang papa. Sedangkan kain sinjangan yang bermotif dipergunakan oleh kaum Ksatria dan Weisya adalah lambang dari kehidupan yang mempunyai idealisme yang tinggi, maka nantinya sinjangan batik yang bermotif inihanya dipergunakan di kalangan istana. Walaupun hal ini tidak hanya dipergunakan selama masa kejayaan bangsa Hindu, namun juga berlangsung pada masa Kerajaan Majapahit, Mataram Kuna, Kartasura maupun Surakarta, Mataram Baru atau Ngayogyakarta.

Pengaruh Agama Islam Pada Batik

Sengaja atau tidak sengaja ternyata agama mempunyai pola tata laku atau kebudayaan sendiri, untuk melakukan ciri khas hasil seninya. Pada masa Hindu konsepsi spiritual magis diatur oleh kaidah moral kesusilaaan sesuai dengan ajarannya. Hidupnya seni bergelimang dalam garis-garis ritual sebagai sesuatu persembahan kepada Dewa. Munculnya seni tak akan terpisah dengan sistem keagamaan dan agama memberikan pola-pola tertentu mewujudkan bentuk seninya.

Dalam agama Islam terbesit larangan membuat gambar dan patung, seperti yang dikatakan dalam Hadis Buchori "Sesungguhnya orang yang mendapat siksa oleh Allah adalah orang-orang yang membuat gambar" Larangan ini ditujukan pada karya seni yang bermotifkan mahluk hidup, dengan harapan agar tidak ternjadi persekutuan terhadap Allah. Munculnya Islam memberikan kematangan penciptaan bentuk-bentuk ornamentis yang menjadi kaidah dalam penciptaan batik dan seni batik. Motif parang diubah dengan kombinasi bernagai bentuk lar serta pewarnaan yang modern menjadikan batik sinjangan tetap lestari.

Perkembangan daerah Lasem, Bayat, Pekalongan, Wonogiri dan yang lainnya bermuara pada seni batik yang dimasak oleh Islam. Gaya ornamentis pohon beringin, rumah, motif manusia gunungan mahameru ditebarkan sedemikian rupa pada sinjangan yang bergaya ornamentis jadilah motif semen. Namun tidak meninggalkan pola lama yang bersifat keburbakalaan seperti kawung, hiasan permadani digubah menjadi motiftruntum seperti sekarang ini.

Islam memberikan gaya ungkapan ekspresif yang berbeda dengan pola sebelumnya, bentuk-bentuk ornamentis tersebut justru memberikan kesempatan hidup seni ornamen pada ukir kayu, ukir logam, dan batik.

Kraton Sebagai Pusat Pelestarian dan Peningkatan Masa Keemasan.

Seni Kraton atau seni gedongan tak lepas pembicaraannya dengan seni Hindu dan seni Islam, sebab keduanya terasa masih hidup dalam tembok istana. Pranataraja yang membagi masyarakat dalam gradasi sosial, juga memberi potentensi dalam kelestarian seni batik. Sehingga timbul seni untuk raja, seni untuk priyagung, seni untuk rakyat kawula alit, serta mengidentifikasi kesenian lain sebagai kesenian monco, sampai sekarang.

Dalam konsepsi sosiolagi Jawa, pranata kerajaan mendirikan kerangka tata laku masyarakat. Kraton sebagai pusat kotaraja merupakan muara dari pencipta seni sebagai bentuk kesenian tradisional, serat mayarakat ndeso sebagai penikmatnya. Munculnya pola-pola atau motif batik tradisional berpusat dari dalam tembok kerajaan, merupakan usaha untuk menarik suatu karya dianggap sebagai "top of moment esthetic" yang nantinya diangkat atau diklaim sebagai milik keagunan raja. Namun dampak negatifnya setelah batik masuk kalangan istana orang lain tidak diperkenankan mempergunakannya.

Kekuasaan raja serta pola laku masyarakat dipakai sebagai landasan penciptaan batik, sehingga timbul adanya konsepsi adanya batik klasik dan batik tradisional. Dalam hal ini ukuran klasik adalah preogatif raja mengklaim karya seni tradisional masyarakat Kotaraja menjadi batik klasik.

Konsep klasik menurut masyarakat Jawa adalah penetapan karya seni yang baik, sesuai dengan kaidah atau moral kerajaan. Kemudian diundangkannya kepada rakyat sebagai klarifikasi penggunaan karya seni. Batik sebagai barang produksi dan barang seni, mempunyai kedudukan dan sebutan seperti halnya seni klasik yang lain.Sebagai contoh : motifparang baron dipergunakan sebagai sinjangan seorang raja, dan sudah menjadi ketetapanyang sah dan tak dapat dilanggar masyarakat dalam hal pemakainya. Peranan pelestarian batik oleh kerajaan dengan cara memberikan sugesti yang tinggi terhadap pemakai sinjangan batik, penganugerahan sinjangan batik kepada punggawa terkemuka sebagai tanda derajat kepadanya. Seperti Raden Widjaja menganugerahkan sinjangan batik "Lancingan Gringsing"kepada Senopati Agung yang telah berperang mati-matian. Dan hal itu masih berlangsung sampai sekarang.

Pengaruh Bangsa Lain Dalam Perkembangan Batik

Peranan bangsa asing terhadap perkembangan batik di Jawa, usaha itu bisa dilakukan secara kelompok maupun perorangan, baik sebagai kolektor maupun sebagai pedagang, telah dilakukan oleh orang-orang Belanda dan Portugal. Seorang pengusaha batik berkebangsaan Jerman yang bernama Gothlieb, akhirnya mengembangkan batik berdasarkan tingkat pembuatannya, diantaranya disebutkan :

(1)Batik tulis

(2)Batik cap yang diterusi dengan tulis.

(3)Batik cap, seluruh pengerjaan penutupan dengan cap.

Batik Sebagai Media Ekspresi

Menurut etimologi, Batik merupakan rangkaian kata 'mbat' dan 'tik', 'mbat'dalam bahasa Jawa diartikan 'ngembat' atau melempar berkali-kali, sedangkan 'tik' berasal dari kata titik. Jadi membatik berarti melempar titik berkali-kali pada kain. Sehingga lama-lama titik-titik itu berhimpitan membentuk garis dan motif. Dengan menggunakan canting dan malam sebagai bahannya.Batik disebut sebagai karya tulis, karena teknik membatik dengan menggunakan alat canting yang dapat mengeluarkan cairan berupa malam dan dikerjakan seperti layaknya orang menulis, dalam bahasa krama inggil kata 'nyerat' diterjemahkan sebagai tulis atau menulis dan lukis atau melukis. Seni membatik adalah seni melukis, seorang pembatik mempunyai kemampuanmelukiskan ornamen-ornamen (motif). Membatik diidentikan dengan melukis ini berlaku untuk batik tulis.

Demikian sejarah Perkembangan Batik di Indonesia ,khususnya di Jawa yang dapat penulis rangkai dari beberapa sumber , semoga bermanfaat bagi para pecinta batik dan pecinta seni pada umumnya, dalam rangka ikut melestarikan budaya bangsa yang semakin tersisih dengan budaya asing yang semakin deras menggerus peradaban bangsa Indonesia.

Penjelasan beberapa istilah :

sinjangan = jarik = kain yang biasa digunakan wanita Jawa .

utilitas = kegunaan praktis


priyagung = anggota keluarga keraton

Tidak ada komentar:

Posting Komentar