Perlengkapan
orang membatik tidak banyak mengalami perubahan dari dahulu sampai sekarang.
Dilihat dari peralatan dan cara mengerjakannya membatik dapat digolongkan
sebagai suatu kerja yang bersifat tradisionil.
1.
GawanganGawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori
sewaktu dibatik. Gawangan dibuat dari bahan kayu, atau bamboo. Gawangan harus
dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dipindah-pindah, tetapi harus kuat dan
ringan.
2. Bandul
Bandul dibuat
dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul adalah
untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergesar tertiup angin,
atau tarikan si pembantik secara tidak sengaja.
3. WajanWajan
ialah perkakas untuk mencairkan “malam”. Wajan dibuat dari logam baja, atau
tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan
dari perapian tanpa menggunakan alat lain.
4. Kompor
Kompor adalah
alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakanadalah kompor dengan bahan
bakar minyak.
5. Taplak
Taplak ialah
kain untuk menutup paha si pembantik supaya tidak kena tetesan “malam” panas
sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik.
6. Saringan
“malam”
Saringan ialah
alat untuk menyaring “malam” panas yang banyak kotorannya. Jika “malam”
disaring, maka kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu jalannya “malam”
pada cucuk canting sewaktu dipergunakan untuk membatik.
7.
CantingCanting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan.
Canting untuk membatik adalah alat kecil yang terbuat dari tembaga dan bambu
sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik dengan
cairan lilin. Sebelum bahan plastik banyak dipakai sebagai perlengkapan rumah
tangga, canting yang terbuat dari tempurung kelapa banyak dipakai sebagai salah
satu perlengkapan dapur sebagai gayung. Dewasa ini canting tempurung kelapa
sudah jarang terlihat lagi karena digantikan bahan lain seperti plastik.
Canting untuk membatikpun perlahan digantikan dengan teflon.
8. Mori
Mori adalah
bahan baku batik dari katun. Kwalitet mori bermacam-macam, dan jenisnya sangat
menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Mori yang dibutuhkan
sesuai dengan panjang pendeknya kain yang dikehendaki. Ukuran panjang pendeknya
mori biasanya tidak menurut standar yang pasti, tetapi dengan ukuran
tradisionil. Ukuran tradisionil tersebut dinamakan “kacu”. Kacu ialah sapu
tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar. Maka yang disebut “sekacu” ialah
ukuran perseginya mori, diambil dari ukuran lebar mori tersebut. Jadi panjang
sekacu dari suatu jenis mori akan berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis
lain.
9. Lilin
(“Malam”)
Lilin atau
“malam” ialah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya “malam” tidak
habis (hilang), karena akhirnya diambil kembali pada proses mbabar, proses
pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. “malam” yang dipergunakan
untuk membatik berbeda dengan malam atau lilin biasa. Malam untuk membatik
bersifat cepat menyerap pada kain tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses
pelorotan.
10. Pola
Pola ialah suatu
motif batik dalam mori ukuran tertentu sebagai contoh motif batik yang akan
dibuat. Ukuran pola ada dua macam. Pola A ialah pola yang panjangnya selebar
mori.
Pola B ialah
pola yang panjangnya sepertiga mori, atau sepertiga panjang pola A. jika pola A
1/4 kacu, ola B 1/12 kacu; Pola A ½ kacu, pola B 1/6 kacu. Yang dimaksud pola
¼, ½ atau 1/3 kacu ialah lebar pola 1/4, ½, atau 1/3 ukuran sebuah sisi sekacu
mori. Tetapi ukuran pola A dan B sering tidak seperti yang dikatakan di atas,
karena masing-masing
tidak digunakan dalam
selembar mori, atau karena ukuran lebar mori tidak selalu sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar